Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

Rabu, 17 Desember 2008

Guru sebagai Revolusier

PSIKOLOG pendidikan, Muhibbin Syah (1995) menjelaskan, dalam mengolah proses belajar mengajar guru tidak hanya berorientasi pada kecakapan-kecakapan yang berdimensi ranah cipta (kognitif), tetapi kecakapan yang berdimensi ranah rasa (afektif) dan ranah karsa sebagai keterampilan hidup (psikomotorik). Sebab, dalam perspektif psikologi pendidikan, mengajar pada prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang (guru) yang membuat orang lain (siswa) belajar, dalam arti mengubah seluruh dimensi perilakunya. Perilaku ini meliputi tingkah laku yang bersifat terbuka seperti keterampilan membaca (ranah karsa), juga yang bersifat tertutup seperti berpikir (ranah cipta), dan berperasaan (ranah rasa).

Sejalan dengan apa yang disebutkan diatas, bahwa keberhasilan seseoarang dalam hal ini anak didik dalam pembelajaran ditentukan oleh tiga ranah, Benyamin Bloom menyebutnya ranah kognitif, artinya seseorang anak anak didik setelah mempelajari sesuatu harus memiliki pengetahuaan. Pengetahuaan yang diperolehnya sebelumnya tidak ketahuinya, dan anak didik belum mengetahui apa-apa sebelum diajarkan oleh guru.

Setelah diajarkan oleh guru, maka barulah anak didik memperoleh pengetahuaan, dan pengetahuaan tersebut akan menambah wawasan dan daya intelektualnya,sehingga apa yang dijelaskan oleh guru, maka anak didik mampu pula menjelaskannya, dan disinilah terjadinya proses pembelajaran. Demikian pula dengan ranah affeikti, artinya setelah terjadinya proses pembelajaran, maka terjadi sebuah perubahan perilaku bagi anak didik.

Dari pengetahuaan yang diperolehnya dari suatu pembelajaran akan berdampak terhadap perubahan pribadi anak didik, katakanlah semua anak didik tidak mengetahui bahwa malas belajar soal biasa, akan tetapi setelah melalui proses pembelajaran dan anak mengetahui bahwa malas akan berdampak luas terhadap masa depannya.

Dari sinilah terjadi perubahan perilaku anak didik, dan ini dapat diketahui setelah terjadi proses pembelajaran baik dikelas maupun diluar kelas. Hal sama juga berlaku untuk ranah psikomotor, artinya anak didik mampu dan terampil melakukan sesuatu yang diperolehnya dari suatu proses pembelajaran yang berdampak dari pengetahuan dan perubahan perilaku, seorang anak didik mamapu melakukan dan uji kebolehan dalam proses pambelajaran. Katakanlah bilamana anak didik memperoleh pengetahuan tentang dampak malas dalam belajar, maka seseorang anak didik menjadi rajin dalam belajar, dan ini dilakukan dengan mengunjungi perpustakaan, dan memberikan pengetahuan ini kepada teman lainnya, dan si anak mampu dan terampil menggunakan berbagai perangkat yang berkenaan dengan apa yang sudah dipelajarinya.

Menjadi sebuah karakteristik yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologi Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu.

Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi.Ia juga memiliki resistensi (daya tahan) terhadap ketertutupan ranah cipta yang premature (terlampau dini) dalam pengamatan dan pengenalan. Ia selalu berpikir kritis dan selalu menggunakan pertimbangan akal sehat yang dipusatkan pada pengambilan keputusan untuk mempercayai atau mengingkari sesuatu dan melakukan atau menghindari sesuatu.

Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan kesedian yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain, siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempat bekerja. Ia mau menerima kritik dengan iklas.

Ia juga memiliki empati (empati), yakni respon afektif terhadap pengalaman emosional dan perasaan orang lain.Itulah diantaranya yang harus dilakukan guru sekarang ini. Jika guru segera bangun dan menanamkan profesionalisme yang tepat dan benar, insya Allah cibiran sebagai masyarakat kelas dua akan sima.

Pengabdian akan mendapat kepuasan dengan hasil kemajuan siswa sesuai harapan.Peningkatan kesejahteraan penghidupan pun akan merangkak tanpa perlu bergantung pada pihak lain.

Pada aspek sosial masyarakat, guru juga berfungsi sebagai pananam nilai-nilai budaya yang tercipta dalam masyarakat. Guru mempunyai andil besar dalam melestarikan kebudayaan (culture) yang menjadi tatanan nilai dan identitas social.

Oleh karena itu, peran guru sangatlah komplek, begitu juga tantangan guru untuk senantiasa mepertahankan eksistensi profesionalitas mereka sangat berat dan komleks pula. Kondisi dan profesi guru yang sekarang sudah tidak lagi dianggap sebagai hal yang prestise dan membanggakan, bahkan guru sekarang dianggap sebagai posisi yang kecil dan termarjinarlkan perlu dikembalikan seperti kondisi terdahulu, dimana guru merupakan orang yang didahulukan selangkah ditinggikan setingkat , dan dimuliakan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalau Ada Saran atau Komentar Anda Silahkan Tulis Di Sini...