Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

Minggu, 14 Desember 2008

Perkembangan Nuklir, Dapat Ancam Perdamaian Dunia

BERBAGAI cabang sains (fisika, kimia, biologi, filsafat, dan lain-lain) pada hakekatnya mempunyai batas-batas yang jelas dan sementara ini telah kabur, fisika partikel, setelah diemukan quart (partikel yang membentuk proton dan neutron) tidak ada lagi objek penelititan fisika partikel, akhirnya ilmuwan hanya meneliti tentang estetika partikel dalam teori fractal (Benoit Mandelbrot). Biologi , setelah ditemukannya RNA (sebagai molekul berserat tunggal) yang bersama DNA memproduksi protein, maka penelitian biologi hanya berkutat pada variasinya saja.

Beginilah, ilmu pengetahuan telah mati. Kamatian atau akhir secara ontologism dan epistemologis mempunyai beberapa makna, mati tidak hanya bermakna tidak ada lagi (ketiadaan), namun bisa jadi bermakna permulaan atau kelahiran baru. Dalam berbagai bidang, khususnya the end of sience, “ setidak-tidaknya mempunyai tiga makna; yang pertama adalah melampaui batas menuju titik ekstrim, dimana kecendrungan segala sesuatu berkembang kearah titik ekstrim yang berakhir menjadi petaka. Selanjutnya setiap sistem dan konsep telah kehilangan logikanya atau jati dirinya, melampau fungsi, tujuan , prinsip dan hakikatnya. Hal ini biasanya disebut fatalitas (pertumbuhan sekaligus penghancuran diri). Bisa kita rasakan teori atom atau nuklir yang berkembang sedemikian pesat telah mengancam perdamaian dunia, memicu perang yang dapat memporak-porandakan dunia. Rekayasa genetika ketika tumbuh dan berkembangse cara fatal, akan menciptakan terror virus biologi, penyakit binatang dan tumbuhan, maraknya cloning manusia, aborsi, atau bahkan jangan-jangan HIV / AIDS, flu burung, antrax, dll adalah merupakan produk hasil eksprimen laborarotium. Resiko lain adalah perang nuklir, perang biologi, perang kimia, kerusakan lapisan ozon, efek rumah kaca, keracunan oleh polusi, hantaman komet, pencarian es kutub secara ekstrem, Tsunami, dan penghancuran dunia lainnya. Selain hal di atas, kematian seni (the end of arttheory), terjadi ketika perkembangan teori seni sampai pada titik ekstrim sehingga dunia seni kontemporer (postmodern) melepaskan diri dari teori-teori besar seni yang membangun batas yang jelas antara seni –nonseni, sehingga batas-batas itu kabur / hilang yang menjadikan apapun bisa menjadi seni meski sebelumnya bukan seni. Tokoh Prinsip ekstrem yang paling terkenal adalah Paul Feyrabend dengan “anything goes” nya (apapun boleh).

Yang kedua adalah peleburan dan pencampuradukan, lenyapnya batas, kamatian keotentikan dan kemurnian berbagai entitas (social, ekonomi, sains, politik, agama, dll) karena telah terjadi proses pencampuran, peleburan, persilangan (trasn) di antaranya. Sehingga tidak ada yang pure agama, pure politik, pure fisika, dan lain-lain. Konsep imanensi yang seharusnya selalu berada didalam (imanen) sesuatu di luar dirinya (biasanya transenden ) dengan membongkar oposisi biner untuk membebaskan manusia dari transcendental murni, maka imanensi akan dilihat sebagai “imanensi untuk dirinya sendiri”bukan terhadap transenden, dengan demikian transenden yang biasanya lebih superior akan bercampur dengan imanen itu sendiri dan batas diantaranya pun hilang. Perselingkuhan lintas disiplinpun terjadi pada fisika, yang selama ini mempelajari prinsip-prinsip zat kini mempelajari tentang keindahan dan estetika zat. Sehingga tidak ada bedanya antara fisika dan satra. Filsafat, yang sebelumnya merupakan penjelejahan dalam upaya menemukan jawaban tentang ‘kebenaran’kini justru menggali keindahan kata-kata sehingga tidak ada bedanya antara filsafat dan puisi sebagaimana yang dilakukan Derriida.

Yang ketiga, kondisi tidak ada lagi objek ilmu pengetahuan itu sendiri, terbatasnya objek ini diperlihatkan semakin menurunya penemuan (discovery). Ditahun-tahun sekarang telah ditemukan setengah dari penemuan ilmiah, dan diperkirakan di tahun 2200 penemuan akan mencapai 90% dan setelah itu tidak akan ada lagi penemuan ilmiah. Fisika partikel telah berhasil menemukan quark (partikel terkecil) yang membentuk proton dan neutron. Biologi molekuler telah berhasil menemukan RNA dan DNA yang memproduksi protein sebagai bahan dasar kehidupan. Fisika kuantum telah sampai pada teori mekanika kuantum dan relativitas Einstein.

Matematika telah sampai pada bilangan imajiner, geometry non euclid, yang terakhir teori Mandelbrot tentang fractal. Kosmologi telah kehabisan peralatan untuk membuktikan teori big-bang. Neurosains telah kehabisan biaya dan pemikir untuk lebih lanjut menemukan hubungan kesadarn dengan otak fisik. Setelah semua itu akankah ilmu pengetahuan benar-benar telah berakhir? Atau mungkin berputar untuk kembali pada masa lalu, dunia mistik, khayal, baying-bayang dan imajinasi.

Mengingat ilmuwan masa kini sering membayangkan hal-hal yang irasional, kehidupan di luar bumi, penciptaan laboratorium kehidupan baru, fiksi ilmiah yang membayangkan makhluk luar angkasa datang ke bumi, robot dengan kecerdasan melebihi manusia, computer dengan insting dan kemampuan memory yang hebat, manusia super yang dapat hidup selamanya, dan teori superstring semuanya adalah imajinasi masa kini dan akan datang, yang artinya paradigma para ilmuwan sudah bergeser dari semestinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalau Ada Saran atau Komentar Anda Silahkan Tulis Di Sini...